G-SPOT MITOS ATAU FAKTA
05.46.00
Setelah melalui perdebatan panjang selama lebih dari satu setengah abad, akhirnya para peneliti dari Inggris menemukan lokasi G-Spot wanita.
G-Spot, pertama kali ditemukan keberadaannya pada tahun 1950. Nama itu kemudian muncul dari seorang ginekolog asal Jerman, Ernst Graefenberg.
Dia mengatakan, area sekitar vagina adalah daerah paling sensitif wanita. Bila dirangsang, seorang wanita dapat mencapai tingkat kepuasan atau orgasme.
Tetapi dimana G-Spot itu berada, sempat hilang karena adanya bukti subjektif, bahkan ada beberapa pakar menyatakan G-Spot itu sebenarnya tidak ada.
Sebagaimana dikutip dari AFP, Kamis (21/2/2008), menurut peneliti asal Italia, Emmanuele Jannini, hanya beberapa wanita yang beruntung bisa mendapatkan kepuasan di area tersebut. Meski demikian, Jannini mengaku sependapat dengan para pakar bahwa G-Spot itu sebenarnya tidak ada.
Untuk membuktikannya, Jannini melakukan percobaan di Universitas L'Aquila. Dia menggunakan alat ultrasound pada sembilan orang wanita yang mengaku pernah melakukan orgasme vagina dan 11 wanita yang tidak melakukannya.
Targetnya adalah jaringan kulit tipis yang lokasinya berada di depan dinding vagina di belakang uretra. Untuk kelompok pertama, lebih tebal, dibanding grup yang kedua, kemudian pemeriksaan elektronis yang membuktikan percobaan itu.
Dalam penelitiannya di The Journal of Sexual Medicine, Jannini mengatakan, percobaan yang dilakukannya jelas, yakni wanita yang tidak tahu G-Spotnya tidak dapat memperoleh orgasme vagina.
"Untuk kali pertama, mungkin saja mudah mengatakan dimana letak G-spot wanita. Dan hanya dengan melakukan metode yang tidak mahal," kata Jannini.
Beberapa pakar bahkan mempertanyakan tentang pernyataan Jannini soal G-Spot merupakan bagian dari klitoris, dimana ukurannya sangat bervariasi.
Selain itu, pendapat Jannini kalau G Spot hilang pada wanita yang tidak mempunyai pengalaman melakukan orgasme vagina. Hal itu dipertentangkan oleh beberapa pakar. Menurut mereka, G-Spot ada pada semua wanita, namun memiliki tingkat sensitif yang berbeda-beda.
Wanita yang tidak memiliki G-spot tidak perlu putus asa, "Mereka masih bisa mendapatkan orgasme secara normal melalui stimulasi dari klitoris," imbuh Jannini.
Sumber: detikcom
G-Spot, pertama kali ditemukan keberadaannya pada tahun 1950. Nama itu kemudian muncul dari seorang ginekolog asal Jerman, Ernst Graefenberg.
Dia mengatakan, area sekitar vagina adalah daerah paling sensitif wanita. Bila dirangsang, seorang wanita dapat mencapai tingkat kepuasan atau orgasme.
Tetapi dimana G-Spot itu berada, sempat hilang karena adanya bukti subjektif, bahkan ada beberapa pakar menyatakan G-Spot itu sebenarnya tidak ada.
Sebagaimana dikutip dari AFP, Kamis (21/2/2008), menurut peneliti asal Italia, Emmanuele Jannini, hanya beberapa wanita yang beruntung bisa mendapatkan kepuasan di area tersebut. Meski demikian, Jannini mengaku sependapat dengan para pakar bahwa G-Spot itu sebenarnya tidak ada.
Untuk membuktikannya, Jannini melakukan percobaan di Universitas L'Aquila. Dia menggunakan alat ultrasound pada sembilan orang wanita yang mengaku pernah melakukan orgasme vagina dan 11 wanita yang tidak melakukannya.
Targetnya adalah jaringan kulit tipis yang lokasinya berada di depan dinding vagina di belakang uretra. Untuk kelompok pertama, lebih tebal, dibanding grup yang kedua, kemudian pemeriksaan elektronis yang membuktikan percobaan itu.
Dalam penelitiannya di The Journal of Sexual Medicine, Jannini mengatakan, percobaan yang dilakukannya jelas, yakni wanita yang tidak tahu G-Spotnya tidak dapat memperoleh orgasme vagina.
"Untuk kali pertama, mungkin saja mudah mengatakan dimana letak G-spot wanita. Dan hanya dengan melakukan metode yang tidak mahal," kata Jannini.
Beberapa pakar bahkan mempertanyakan tentang pernyataan Jannini soal G-Spot merupakan bagian dari klitoris, dimana ukurannya sangat bervariasi.
Selain itu, pendapat Jannini kalau G Spot hilang pada wanita yang tidak mempunyai pengalaman melakukan orgasme vagina. Hal itu dipertentangkan oleh beberapa pakar. Menurut mereka, G-Spot ada pada semua wanita, namun memiliki tingkat sensitif yang berbeda-beda.
Wanita yang tidak memiliki G-spot tidak perlu putus asa, "Mereka masih bisa mendapatkan orgasme secara normal melalui stimulasi dari klitoris," imbuh Jannini.
Sumber: detikcom