SISI GELAP KEHIDUPAN HOMOSEX

Akhir-akhir ini, kehidupan dari komunitas Homoseksualitas, semakin "ramai" dan banyak dibicarakan orang, baik melalui media massa cetak maupun melalui media massa elektronika. Sorotan ini, teruitama hanya di fokuskan pada tingkah laku luar yang mudah diamati, yang disertai dengan nada-nada sumbang.

Hanya sedikit yang berupaya menyoroti segi "dalam", dari kehidupan homoseksualitas. Dampaknya, memberikan kesan bahwa homoseksualitas, merupakan suatu aib yang maha dahsyat yang ada di permukaan bumi ini, tergambarkan lebih dahsyat dari gejala-gejala sosial lain yang frekuensi serta dampak merugikannya lebih luas dan lebih besar. Misalnya, masalah korupsi.

Apakah homoseksualitas memang mempunyai dampak yang negatif dan sedahsyat yang diperkirakan, masih merupakan suatu permasalahan dan patut untuk direnungkan bahkan perlu untuk diteliti lebih dalam. Memang sangat sulit untuk menelaah homoseksualitas secara objektif.

Melalui tulisan ini, diharapkan agar masyarakat termasuk kaum homoseksual sendiri, dapat lebih memahami aspek-aspek kehidupannya, mampu berempati terhadap permasalahan-permasalahan homoseksualitas, memahami kesulitan-kesulitannya, serta mampu menilai kehidupan homoseksualitas yang sesungguhnya.

Karena berbagai alasan, banyak sisi-sisi kehidupan homoseksual, terpaksa harus mereka "tutupi:, untuk menghindari aib dan sebagainya. Akibatnya, mereka menjadi stress, konflik dengan diri sendiri, menekan keinginannya dan berfantasi. Yang menakjubkan, dalam kondisi semacam ini, cukup banyak homoseksual yang berprestasi gemilang.

Prestasi yang diraih, tidak hanya yang berhubungan dengan dunia glamour, mode dan sejenisnya, tetapi mereka berprestasi dalam Ilmu Pengetahuan. Salah seorang tokoh terkenal yang menciptakan teori Kepribadian yang penekanannya pada Interpersonal Relationships. Ia menyatakan baha tujuan utama dari tingkah laku manusia adalah untuk mencapai rasa aman (need for security feeling) dan rasa puas (need for satisfaction). Teori yang dilahirkan, sebenarnya merupakan refleksi dari kehidupan pribadinya yang penuh derita sejak masa kecilnya. Ungkapan ini diuraikan oleh Chapman, A.H., yang menulis biografi tokoh ini dalam bukunya "Harry Stack Sullivan: His Life and His Work".

0 Responses