JANGAN JAUHI PENDERITA AIDS


Data dari WHO menunjukkan, kurang dari 111 juta kasus infeksi menular seksual diderita oleh kelompok usia di bawah 25 tahun. Kaum muda dan remaja memang sangat berisiko tinggi terhadap IMS termasuk HIV/AIDS, karena terbatasnya pengetahuan mereka tentang HIV/AIDS dan pencegahannya. Setiap lima menit remaja atau kaum muda di bawah usia 25 tahun terinfeksi HIV dan setiap menitnya 10 wanita usia 15-19 tahun melakukan aborsi tidak aman.

Hasil sebuah studi menyatakan bahwa lebih dari 500 juta usia 10-14 tahun hidup di negara berkembang, dan rata-rata pernah melakukan hubungan suami-isteri intercourse pertama kali di bawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60 persen kehamilan yang terjadi pada remaja di negara berkembang adalah tidak dikehendaki unwanted pregnancy dan 15 juta remaja pernah melahirkan.

Koordinator Senior Centra Mitra Remaja (CMR) yang merupakan pusat pelayanan informasi dan konsultasi bagi remaja di Medan M. Sofyan Sauri, S.Sos menyebutkan, di Indonesia kasus-kasus seperti itu diperparah dengan kurang adanya komitmen dan dukungan pemerintah dalam bentuk kebijakan yang mengatur tentang pendidikan seksual dan reproduksi bagi remaja terutama di tiap sekolah.

"Kita akui memang norma adat dan nilai budaya leluhur sebagai orang timur yang masih dianut sebagian besar masyarakat Indonesia juga menjadi tantangan terbesar dalam penyelenggaraan pendidikan seksual dan kesehatan reproduksi berbasis sekolah. Semisal masih banyaknya pendapat, permasalahan seks itu tabu untuk dibicarakan kepada mereka yang belum menikah, dengan pendidikan seks justru akan meningkatkan kasus-kasus seperti kehamilan di luar nikah, aborsi, dan HIV/AIDS," jelas Sofyan.

Padahal berbicara seksual, lanjut Sofyan, bukan sebatas intercourse tetapi banyak hal yang harus diketahui mulai dari organ kelamin, perihal kontrasepsi atau KB, sampai dengan bagaimana seorang wanita melahirkan? Karena itu, kaum muda atau remaja jangan lagi ditabukan dengan seks dan reproduksi, hal itu malah akan memancing rasa kepenasaran mereka yang berakhir pada perilaku seksual yang tidak sehat dan tidak bertanggung jawab.

Menurut data UNAIDS, di Indonesia diperkirakan terdapat 90.000-130.000 orang dengan HIV/AIDS (ODHA) orang dengan prevalensi 0,063 persen. Ini berarti diasumsikan sebanyak 130.000 orang telah terinfeksi. Berdasarkan data dari Subdit Penyakit Menular Seksual (PMS) dan AIDS Ditjen PPM-PL, Depkes, sampai 31 Desember 2003 ada 4.091 kasus HIV/AIDS. Jakarta adalah provinsi dengan angka kasus tertinggi, yaitu 1.208 kasus yang terdiri atas 861 HIV Positif dan 347 AIDS (100 orang di antaranya meninggal). (Suara Karya Online)

Pada tingkat dunia, penularan HIV tertinggi terjadi di antara remaja. Tahun lalu setengah dari 5,8 juta infeksi baru HIV terjadi pada usia 15-24 tahun. Seperempat dari infeksi baru HIV di AS terjadi pada usia 13-21 tahun, dan seperempat kasus penularan penyakit menular seksual (PMS) terjadi pada anak belasan tahun, 19% kasus AIDS di AS terjadi pada usia 20-an.

Pada tahun 1997, 37% kasus AIDS di AS pada remaja berumur 13-19 tahun terjadi pada wanita. Hampir separo pelajar SMU melaporkan telah melakukan hubungan seksual, 16% di antaranya melakukan seks dengan lebih dari empat pasangan. Tahun lalu, hanya separo anak belasan tahun yang aktif secara seksual melaporkan menggunakan kondom pada hubungan seks terakhir, dan sejak tahun 1991 penggunaan heroin sudah naik hampir dua kali lipat di antara anak belasan tahun.

Faktor biologis--termasuk perkembangan leher rahim dan lebih gampangnya penularan PMS dari pria ke wanita--merupakan alasan penularan PMS lebih tinggi di antara wanita muda. Faktor sosioekonomi yang mempengaruhi penularan PMS meliputi kemiskinan dan kesulitan untuk memperoleh perawatan kesehatan, pendidikan, dan alat pencegahan. Sebagian besar wanita muda terkena virus melalui hubungan heteroseksual, sementara survai tahun 1996 menemukan hubungan seks-pria-dengan-pria berperan utama dalam penularan baru HIV di antara anak lelaki belasan tahun.

Untuk menghentikan penyebaran virus di antara anak belasan tahun, program tes HIV harus dapat diperoleh kaum muda dan pelayanan konseling perlu diadakan untuk mendorong perilaku mencegah serta peduli dengan HIV. Program penjangkauan dukungan oleh rekan sebaya juga dapat membantu mendidik anak belasan tahun tentang pencegahan HIV.

Pengguna Narkoba

Penularan HIV/AIDS tidak hanya ditularkan melalui hubungan seks saja, tetapi bisa juga ditularkan melalui alat suntik, transfusi darah dan lainnya, tetapi kasus yang paling besar terjadi adalah pada remaja pengguna narkoba yang sering kali melakukannya dengan menggunakan jarum suntik secara bergantian untuk mendapatkan kepuasan menggunakan narkoba.

Prof Dr Zubairi Djoerban, ahli hematologi FKUI, punya catatan sendiri soal ini. Menurut beliau, lebih 50 persen dari 333 juta kasus penyakit menular seksual (PMS) di seluruh dunia setiap tahun terjadi pada remaja. Dari sini, cerita beranjak ke babak yang lebih seram: HIV/AIDS. `'Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa remaja, termasuk remaja Indonesia, mempunyai risiko besar tertular HIV/AIDS,'' tuturnya. (Republika.co.id)

Kata dr Zubairi, sebagian besar orang dengan HIV/AIDS (Odha) memang berusia muda. Mereka tertular melalui hubungan seks, baik hubungan heteroseksual (antara laki-laki dan perempuan), maupun hubungan homoseksual. Tapi, ada juga remaja yang tertular HIV melalui jarum suntik yang dipakai bersama-sama saat menggunakan narkotika. Kebiasaan bertukar memakai jarum suntik di kalangan pengguna narkotika merupakan salah satu medium yang efektif menularkan HIV. Kini, kata dokter Zubairi, sudah ada remaja pengguna narkotika yang tertular HIV. Bahkan ada yang masuk dalam tahap AIDS.

Sekitar 30 persen pengguna narkotika bakal terinfeksi HIV/AIDS. Buktinya, ada di depan mata. Di beberapa rumah sakit di Indonesia, tempat tidur pasien AIDS selalu penuh. Di tempatnya praktik pribadi, ada 10-20 pasien HIV/AIDS berobat tiap hari. Setiap bulan ada 30-50 pasien baru HIV/AIDS.

Sebagian besar pengguna narkoba di Indonesia adalah remaja, dan lebih dari 50 persen pengguna narkoba adalah pengidap human immunodeficiency virus (HIV) positif . Kondisi ini tentu saja sangat memprihatinkan, apalagi angka pengguna narkoba diiringi oleh pengidap HIV terus meroket.

Berdasarkan hasil survei di beberapa kota di Indonesia, minimal 30 persen pengguna narkoba mengidap HIV. Beberapa kota besar menunjukkan angka yang lebih tinggi, seperti di Yogyakarta yang mencapai 50 persen. Bahkan di salah satu kelurahan di Jakarta terdapat 93 persen pengguna narkoba terinfeksi HIV.

Dalam diskusi akhir tahun 2004 yang diadakan YPI, terungkap bahwa para pemakai narkoba berusia sekitar 12 tahun sampai 25 tahun, baik laki-laki maupun perempuan. Selanjutnya, dari 1.200 pemakai narkoba sebanyak 200 orang di antaranya menjalani tes HIV dan hasilnya cukup memprihatinkan yakni 93 persen atau 163 orang positif HIV.

HIV/AIDS dapat dihindari

HIV/AIDS bisa menular melalui hubungan seks, transfusi darah, jarum suntik, dan lainnya. Namun demikian kita bisa menghindarinya. Ada istilah dalam sebuah sponsor yang menyebutkan 'Anda Bisa Kena tapi Anda Bisa Cegah'. Untuk itu banyak cara yang bisa dilakukan untuk mencegah penularan HIV atau penyakit menular seks lainnya, di antaranya menggunakan alat pengaman (kondom) sebelum melakukan hubungan seks dengan lawan jenis yang belum dikenal dan minta jarum suntik yang masih steril ketika berobat ke dokter.

Tetapi bagi para remaja cara mencegah yang paling baik adalah menghindari melakukan hubungan seksual dan jangan menggunakan narkoba apalagi sampai harus bergantian jarum suntik. Dan tanamkan dalam diri sebuah istilah yang berbunyi "Katakan nggak sebelum terjadi yang nggak-nggak". Ini adalah cara yang paling aman untuk terhindar dari HIV/AIDS serta penyakit menular lainnya.

Selain itu para remaja juga perlu mendapatkan penyuluhan tentang bahayanya HIV/AIDS serta mendapatkan pendidikan seks, baik untuk perawatan alat reproduksi maupun pencegahan terhadap penyakit mengerikan tersebut.
Banyak lembaga-lembaga yang bisa menampung para remaja untuk mendapatkan pendidikan sex (sex education), di antaranya adalah Centra Mitra Remaja (CMR) sebuah lembaga Pusat Pelayanan Informasi dan Konsultasi Bagi Remaja di Jl. Lobak No.4 Medan. Di sini remaja bisa mengakses berbagai informasi mengenai kesehatan reproduksi, sarana berkonsultasi dan lain sebagainya.
0 Responses